BAB I PROLEGOMENA (Pengantar
Teologia Sistematika)
A. PENGERTIAN/DEFINISI
- Arti etimologis (asal kata) Istilah "Teologia"
berasal dari 2 kata Yunani, yaitu: theos artinya
"Allah"; dan logos artinya "perkataan,
uraian, pikiran, ilmu". Sedangkan "Sistematika"
berasal dari kata sustematikos, artinya penempatan/
penyusunan secara tepat.
- Definisi Istilah "Teologia"
dapat dimengerti dalam arti sempit atau arti luas. Arti luas: mencakup
seluruh pokok studi (disiplin ilmu) dalam pendidikan teologia. Arti
sempit: usaha meneliti iman Kristen dari aspek doktrinnya saja yang sering
disebut sebagai Teologia Sistematika.
Definisi
umum: Teologia ialah pengetahuan yang rasional tentang Allah dan hubungannya
dengan karya/ciptaan-Nya seperti yang dipaparkan oleh Alkitab. Definisi khusus:
Teologia Sistematika ialah bagian dari divisi Teologia. yang mengatur secara
terperinci dan berurutan tema-tema dari ajaran doktrin dalam Alkitab.
- Pengertian Teologia sebagai
Ilmu
Teologia meskipun tidak memiliki fakta-fakta yang dapat diukur secara
empiris (seperti ilmu-ilmu modern sekarang ini) tetap dapat disebut
sebagai ilmu karena, sesuai dengan salah satu definisi "ilmu",
teologia adalah suatu usaha untuk memberikan penjelasan tentang Allah,
yang diperoleh dari Alkitab (sebagai penyataan Allah yang tidak berubah),
dengan cara yang sistematis.
Dengan
demikian Teologia Kristen memenuhi unsur-unsur ilmu:
- Dapat dimengerti oleh pikiran
manusia dengan cara teratur dan rasional.
- Menuntut adanya penjelasan
secara metodologis
- Menyajikan kebenaran
- Mempunyai nilai yang universal
- Memiliki objek yang diteliti
B. TEMPAT TEOLOGIA
Pertanyaan yang sering timbul
adalah, kalau Teologia adalah pengenalan tentang Allah dan karya-Nya, bagaimana
hubungan Teologia dengan ilmu-ilmu yang lain (musik, filsafat, sosiologi,
kedokteran, dll? Dengan percaya bahwa seluruh kebenaran adalah berasal dari
Allah, maka tidak seharusnya Teologia bertentangan dengan disiplin-disiplin
ilmu yang lain, baik itu kebenaran alam, filsafat, musik, dll., bahkan seharusnya
mereka akan saling melengkapi.
C. PENTINGNYA MEMPELAJARI TEOLOGIA
SECARA SISTEMATIS
- Manusia sebagai mahluk ciptaan
yang berasio.
Manusia mempunyai kecenderungan untuk berpikir dan mempelajari sesuatu
secara sistematis.
- Sifat Alkitab sendiri yang menuntut untuk
disusun secara sistematis. Kebenaran tersebar secara acak di seluruh
bagian Alkitab, sehingga perlu disusun secara sistematis.
- Bahaya pengajaran sesat. Untuk memberikan jawaban akan
iman kepercayaannya dan sekaligus melawan setiap tantangan dari pengajaran
palsu. 1Pe 3:15, Efe 4:14
- Alkitab adalah sumber doktrin
Kristen.
Tugas orang Kristen adalah untuk menjelaskan doktrin-doktrin itu dalam
sistematika yang baik dan di dalam konteks yang tepat sehingga dapat
menjawab pertanyaan, "Apa yang diajarkan oleh Alkitab kepada kita
untuk jaman ini?"
- Alkitab adalah pedoman hidup
Kristen.
Mengerti Teologia bukan hanya sekedar sebagai pengetahuan teoritis, tapi
juga sebagai gaya hidup yang berintegritas. 2Ti 2:24-25; 2Ti
3:15-16
- Keutuhan keseluruhan kebenaran
Firman Tuhan
yang bersistem sangat dibutuhkan oleh pekerja Kristen yang efektif.
D. SUMBER TEOLOGIA
- Alkitab Sebagai sumber yang paling
utama yang menjadi otoritas tertinggi dan mutlak bagi iman dan kehidupan
Kristen.
- Tradisi gereja Khususnya dari Bapak-bapak
Gereja, dan perkembangan pengajaran di gereja dari jaman ke jaman, yaitu
tentang apa yang diterima/ditolak oleh gereja sepanjang sejarah.
- Buku-buku Lain Sumber-sumber lain berasal
dari buku-buku yang sudah "jadi" yang dihasilkan oleh teologia
biblika, historika atau filosofika untuk dipergunakan sebagai sarana
membantu menyelidiki Alkitab dengan lebih sehat.
Catatan: sumber ke 2 dan ke 3 adalah sumber
lain-lain yang bisa dipakai untuk membantu, namun demikian kebenaran dari
sumber-sumber tsb. harus ada di bawah penghakiman/terang Alkitab.
E. METODE TEOLOGIA
- Syarat-syarat
- Presupposisi (praduga awal)
Setiap orang mengawali pemikiran dengan anggapan (asumsi)
- Mempunyai perlengkapan rohani
dan sikap yang taat. Seorang yang mempelajari Alkitab tidak mungkin
bersikap objektif, karena ia harus percaya terlebih dahulu bahwa Alkitab
adalah Firman Allah yang tidak mungkin salah (iman mendahului rasio).
"Karena percaya, orang mengerti" (Augustinus). Rasio adalah
alat yang dipakai untuk mengerti pengetahuan.
- Membutuhkan penerangan Roh
(iluminasi)
- harus percaya
- harus berpikir
- harus mempunyai
ketergantungan
- sikap ibadah (penyembahan)
- Keterbatasan teologia
- Keterbatasan pemikiran manusia
untuk memikirkan pikiran Allah yang tidak terbatas.
- Kekurangan ilmu pengetahuan
pembantu.
- Keterbatasan bahasa manusia.
- Kekurangan ketrampilan untuk
menguasai dan mengartikan secara tepat Alkitab secara utuh dan
menyeluruh. (hermeneutik).
- Bungkamnya penyataan lanjutan.
- Pengaruh dosa dan kehendak
daging.
- Metode-metode Teologia
- Metode Charles Hodge
Memakai metode induktif, yaitu dengan mengumpulkan fakta-fakta, kemudian
ditarik kesimpulan. Alkitab adalah gudang fakta (yang tidak dapat dicerna
disingkirkan, karena, tidak diterima oleh rasio).
Dasar
teori a priori diterima dan a posteriori ditolak.
(sebelum pengalaman) (sesudah pengalaman)
(sebelum pengalaman) (sesudah pengalaman)
- Metode Karl Barth Teori
Barth mengatakan: bahwa manusia tidak mungkin mengenal Allah (karena di
luar jangkauan rasio manusia). Oleh karena itu Allah yang mencari
manusia. Imanlah yang membantu manusia untuk bisa bertemu Allah (yang
mencari mereka). Karena Allah ada di luar jangkauan manusia maka Allah
menjadi "tersembunyi". Satu-satunya cara manusia untuk menerima
kebenaran adalah melalui cara supranatural dan Allah harus menemui
manusia langsung sehingga manusia mempunyai bukti pengalaman tentang Dia.
Maka pernyataan teologis harus didasarkan pada pengalaman supranatural
itu.
- Metode Torrance Ilmu
adalah suatu keterbukaan terhadap obyek. Ilmu terjadi, karena manusia
menaklukkan diri pada obyek penelitiannya yang intrinsik, yang untuk
nantinya manusia mampu memberikan penjelasan rasionalitasnya terhadap
obyek itu. Teologi juga demikian meskipun teologi mempunyai jenis
rasionalitas sendiri, tidak perlu sama dengan rasionalitas disiplin ilmu
yang lain.
Teologi
yang obyektif adalah sejauh mana teologi tunduk dan terbuka pada obyek
penelitiannya. Torrance menyangkal bahwa Obyeknya adalah Allah, karena Allah
harus menjadi subyek, maka kalau begitu obyek lah (Allah) yang akan
mempertanyakan tentang manusia.
- Metode Paul Tillich
Metode yang dipakai adalah Metode Korelasi. Keprihatinannya yang utama
adalah bagaimana menyampaikan berita Alkitab kepada situasi dunia kontemporer
sekarang ini. Untuk menjawab ini maka pertanyaan-pertanyaan manusia
modern itu dihubungkan sedemikian rupa dengan jawaban dari tradisi
kristen, sedangkan jawaban-jawabannya ditentukan oleh bahasa filsafat,
sains, psikokologi dan seni modern. Ia yakin tentu ada kaitan antara
pikiran dan problema manusia dengan jawaban yang diberikan oleh
kepercayaan dalam agama. Untuk itu ia menolak jawaban yang
supranaturalisme dari fundamentalisme, dan juga menolak naturalisme dari
liberalisme.
Penekanan
metode Tillich adalah pada penggunaan bahasa simbolik religius. Ia yakin bahwa
pengetahuan tentang Allah hanya dapat diuraikan melalui penggunaan kata-kata
simbolik secara semantik. Tugas kita adalah menterjemahkan simbol religius
dalam Alkitab ke dalam suatu urutan atau susunan simbol yang teratur melalui
prinsip-prinsip dan metode-metode teologis.
- Metode Interpretasi
Analitis Teologi adalah ilmu tentang Allah; yang memberikan paparan
yang koheren (menyatu, berkaitan, teratur, logis) tentang doktrin-doktrin
iman Kristen. Landasan utama yang dipakai dalam metode ini adalah percaya
bahwa seluruh Alkitab adalah sebagai Firman Allah, kemudian sebagai
respons mau tidak mau kita harus menginterpretasikan (menafsirkan) berita
Alkitab ini lalu menterjemahkannya ke dalam bahasa kontemporer yang akan
relevan dengan manusia di setiap jaman, budaya dan konteks.
Dengan
demikian unsur terpenting dalam metode ini adalah penafsiran (karena segala
sesuatunya harus ditafsirkan). Penafsiran yang tepat akan menghasilkan produk
teologi yang tepat. Untuk itu seorang penafsir harus melakukan hal-hal berikut
ini:
- Penafsir harus setia pada
kebenaran Alkitab sebagai sumber normatif dan tidak mungkin keliru bagi
semua manusia (Biblikal).
- Penafsir harus memakai sistem
penafsiran yang sehat (ilmu Hermeneutiks) yaitu: melihat dari sudut
pandang dan maksud orisinil penulis (dilihat dari latar belakang
historis, budaya, ekonomi dan gramatikal/bahasanya), lalu hasil
penafsirannya itu (dari Kejadian - Wahyu) diteliti, dianalisa dan
dipadukan. Kemudian ditarik kesimpulan dan prinsip-prinsip, apa yang
sebenarnya Alkitab ingin ajarkan secara keseluruhan bagi kehidupan
normatif sepanjang jaman.
- Untuk tugas di atas penafsir
juga harus melihat dirinya sendiri (latar belakang, dll.) sehingga ia
betul-betul terbuka kepada Alkitab dan tidak berbias, mengurangi, atau
memanipulasinya. Selain itu, sifat penafsiran ini juga harus sesuai
dengan sifat kekinian sehingga dapat diaplikasikan untuk menjawab
kebutuhan manusia kontemporer.
- Keseluruhan hasil penafsiran
ini perlu disusun sedemikian rupa untuk memenuhi standard ilmu
(analistis, dengan metode yang tepat dan teratur, sistematik dan
diungkapkan dengan bahasa yang jelas). Teologia yang dihasilkan dari
penyusunan ini dijamin sifat biblikal, sistematik, kontekstual dan
praktikalnya.
Dasar
pemahaman adalah dari 2Ti 3:16-17;
kita tidak mendayagunakan teologi untuk memperbaiki ketidak-jelasan yang ada
dalam Alkitab tapi untuk menerangi ketidak-jelasan pikiran manusia dalam
menanggapi isi Alkitab.
F. PEMBAGIAN TEOLOGIA
- Dalam arti luas Teologia, sebagai keseluruhan
pokok studi pendidikan Teologia, dibagi menjadi:
- Teologia Biblika
(Eksegetis) Teologia yang berurusan dengan penelahaan isi naskah Alkitab
dan alat- alat bantunya, untuk tujuan menggali, mengerti dan mengartikan
apa yang ditulis dalam Alkitab.
- Teologia Historika
(Sejarah) Teologia yang berurusan dengan sejarah umat Allah, Alkitab dan
gereja, untuk tujuan mengikuti dan menyelidiki perkembangan iman/teologia
dan sejarahnya dari jaman ke jaman.
- Teologia Sistematika
(Doktrin Iman Kristen) Teologia yang berurusan dengan penataan
doktrin-doktrin dalam Alkitab menurut suatu tatanan logis, untuk tujuan
menemukan, merumuskan, memegang dan mempertahankan dasar pengajaran iman
Kristen dan tindakan yang sesuai dengan Alkitab.
- Teologia Praktika
(Pelayanan) Teologia yang berurusan dengan penerapan teologi dalam
kehidupan praktis, untuk tujuan pembangunan, pengudusan, pembinaan
pendidikan dan pelayanan jemaat dan umat manusia pada umumnya.
- Dalam arti sempit
Teologia,
sebagai usaha meneliti iman Kristen dari aspek doktrinnya, dibagi menjadi
beberapa bidang studi:
o Bibliologi (Alkitab)
o Teologia Proper (Allah)
o Antropologi (Manusia)
o Soteriologi (Keselamatan)
o Kristologi (Yesus Kristus)
o Pneumatologi (Roh Kudus)
o Eklesiologi (Gereja)
o Eskatologi (Akhir zaman)
Struktur
pembagian Teologia Sistematika
_________________
| Prolegomena |
| Doktrin Alkitab |
|_________________|
|
|
|
___________________ | __________________
| Doktrin Allah | | | Doktrin Manusia |
| (Teologia Proper) |________________|_____________| (Antropologi) |
|___________________| |__________________|
\ /
\
/
\
/
\
________________________ /
\ | Doktrin Yesus Kristus | /
\ | Doktrin Keselamatan | /
\ | dst...... | /
\|________________________|/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar